Pages

Ads 468x60px

Kamis, 19 April 2012

PROPOSAL PENGAJUAN JUDUL TA/SKRIPSI


A.    Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, menjadikan dunia mode turut berputar mengikuti perkembangan. Tidak lepas pula pada dunia fashion yang mengalami perkembangan yamg cukup cepat dan signifikan. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan untuk mengembangkan kebudayaan khas Indonesia yang dapat kita klasifikasikan dalam berbagai hal, salah satunya yaitu batik. Batik merupakan salah satu warisan kebudayaan Indonesia yang patut dan seharusnya dilestarikan terutama pada generasi penurus agar kebudayaan leluhur kita tidak punah. Batik Indonesia mempunyai cirri khas yang tidak dapat dimilki oleh Negara lain, cirri khas inilah yang harus kita tonjolkan untuk membedakannya dengan karya Negara lain. Batik modern lebih banyak diminati oleh konsumen luar negeri dan lokal khususnya anak muda zaman sekarang. Kian batik yang dulunya hanya menggunakan pewarna alam saja untuk warnainya, karena perkembangan pola pikir manusia sehingga pada saat ini untuk mewarnai kain batik dapat dengan pewarna sintetik salah satu contoh adalah zat warna bejana larut, yang mana proses dan kualitas warnanya jauh lebih baik dibandingkan dengan pewarna alam.
Salah satu trend batik yang paling digemari oleh konsumen adalah kain batik abstrak dan gambar – gambar disekitar lingkungan manusia dengan macam – macam warna baik warna yang cerah dan tua. Batik ini merupakan hasil perpaduan berbagai jenis pewarna dan perpaduan dari arah warna tersebut sehingga hasil yang didapat sesuai dengan tujuan dan yang diinginkan konsumen. Salah satu pewarna yang digunakan oleh pengrajin batik diindonesia adalah zat warna bejana larut turunan Indigo yaitu Indigosol, pada proses penggunaan pewarna turunan Antraquinon yaitu Antrasol memerlukan pemanasan sehingga tidak dapat digunakan untuk mewarnai kain batikan karena lilin (malam) yang digunakan pada proses pembatikan tidak tahan dengan suhu panas. Pewarna jenis ini mempunyai kelebihan pada proses penggunaan lebih mudah, serta kerataan dan ketahanan luntur warna yang didapat jauh lebih baik dibanding dengan pewarna yang lainnya, tapi kelemahan pewarna ini adalah warna yang didapat agak suram dan mahal. Pada IKM (Industri Kecil Menengah) Sogan Batik Rejoddani menggunakan dua jenis pewarna yaitu zat warna bejana larut turunan Indigo dan zat warna Nafthol.
Kain batik menggunakan pewarna tersebut diatas sangat banyak digemari oleh konsumen karena ketahanan luntur warna dan kecerahannya sangat baik dan sangat disukain oleh pelaku IKM karena proses penggunaannya lebih mudah sehingga lebih efesien. Namun para pelaku IKM khususnya IKM Sogan Batik Rejodani belum memahami benar masalah proses penggunaan zat warna bejana larut sehingga resiko belang pada hasil pewarnaan sering terjadi, menyebabkan pemborosan zat warna dan tidak efesien karena harus menggalami dua sampai tiga kali proses untuk menddapat warna sesuai tujuan. Selama diamati proses pencelupan kain batik di IKM Sogan Batik Rejodani, kemungkinan waktu yang digunakan pada saat pencelupan kurang dan tidak ada penambahan NaCl (garam) pada larutan celup. Hal ini tentunya menjadi masalah bagi IKM Sogan Batik Rejodani. Untuk itu perlu dilakukan percobaan untuk mengetahui resep dan skema proses yang optimal dengan penambahan NaCl (garam), karena garam membantu penyerapan zat warna yang nantinya akan mengurangi penggunaan zat warna. Penentuan resep optimal pada proses pencelupan melalui uji kerataan warna secara visual, ketahanan luntur terhadap pencucian dan ketahanan luntur terhadap gosokan.

B.    Indentifikasi Masalah
Masalah yang diindentifikasi pada percobaan ini adalah seberapa besar pengaruh metoda pencelupan dan penambahan NaCl (garam) pada pencelupan kain kapas. Menggunakan zat warna bejana larut jenis Indigosol dengan pengujian kerataan warna dan ketahanan luntur warna.
Pada dasarnya pencelupan menggunakan zat warna bejana larut mempunyai kerataan dan ketahanan luntur warnanya sangat baik. Namun sebaliknya pada IKM Sogan Batik Rejodani. Kurang baiknya kerataan dan ketahan luntur warna dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya  metoda proses, waktu pencelupan, kurangnya zat pembantu yang ditambahkan, konsentrasi zat yang digunakan dan pencucian akhir proses.
Metoda pencelupan yang digunakan pada IKM Sogan Batik Rejodani adalah perendaman kain pada larutan celup dengan suhu 30ºC dan waktu kurang lebih 4 – 7 menit. Waktu proses perendaman pada larutan celup sampai kain terendam sempurna, dengan artian tidak ada ukuran waktu proses perendaman kain.
Selama diamati proses pencelupan pada IKM Sogan Batik Rejodani ini, kemungkinan adanya belang pada warna dan kurangnya ketahanan luntur zat warna yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya waktu pencelupan kurang, menyebabkan zat warna belum sempurna menyerap pada kain, tidak adanya penambahan NaCl (garam) untuk membantu penyerapan zat warna dan tidak ada pencucian akhir menyebabkan ketahanan luntur warna kurang baik. Untuk itu perlu dilakukan percobaan sejauh mana pengaruh yang terjadi pada hasil pencelupan jika metoda pencelupan diganti dan ditambah NaCl (garam) sebagai zat pembantu.

C.    Maksud dan Tujuan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh metoda pencelupan dan penambahan NaCl (garam) pada pencelupan kain kapas dengan zat warna bejana larut jenis Indigosol dengan vareasi penambahan garamnya adalah 30, 40 dan 50 g/l. dengan pengujian kerataan warna dan ketahanan luntur terhadap pencucian.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui resep optimal pada proses pencelupan kain kapas dengan zat warna bejana larut jenis Indigosol sehingga diperoleh hasil pencelupan yang berkualitas dan efesien.

D.    Kerangka Pemikiran
Proses pencelupan pada kain adalah proses pemberian warna pada kain atau mewarnai kain dengan pewarna atau zat warna, salah satu jenis zat warna adalah zat warna bejana larut. Mewarnai kain sesuai dengan kebutuhan atau yang dikehendaki, misal warna tua atau muda, warna sekunder atau primer, sebagian atau seluruh bagian kain dan kualitasnya harus sesuai dengan tujuan.
Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau mendispersikan zat warna dalam air atau medium lain,kemudian memasukkan bahan tekstil kedalam larutan tersebut sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam serat. Penyerapan zat warna kedalam serat  merupakan suatu reaksi eksotermik dan reaksi keseimbangan. Beberapa zat pembantu misalnya garam,asam,alkali,atau lainnya ditambahkan kedalam larutan celup dan kemudian pencelupan diteruskan hingga diperoleh warna yang dikehendaki.
Faktor yang perlu dipertimbangkan :
o       Aspek teknis                              : warna, kerataan, hasil celup.
o       Aspek ekonomis                        : Biaya proses seminimal mungkin.
o       Aspek lingkungan                      : Limbah proses tidak mencemari lingkungan

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pencelupan adalah :
1.               warna              è zat warna (dyestuf) dan warnanya (merah, kuning, biru, dan sebagainya)
2.               bahan             è jenis (selulosa, protein, sintetik) dan bentuknya (kain, benang, atau serat)
3.               merata             è berdasarkan cara (teknologi) pencelupan
4.               permanen        è ketahanan luntur (fastness)

Mekanisme pencelupan :
1.     difusi zat warna (ZW), fase pendekatan zat warna ke permukaan serat
2.     adsorpsi ZW ke permukaan serat
3.     difusi ZW ke dalam serat
4.     fiksasi ZW
Sedangkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka yang hasrus diperhatikan yakni, faktor yang mempengaruhi kerataan hasil celup adalah :
Ä    Bahan              : Homogenitas dan kebersihan bahan
Ä    Zat warna        :  - zat warna yang afinitasnya kecil cenderung mudah rata
                                       - laju penyerapan zat warna turun maka kerataan meningkat
                                       - kelarutan zat warna kecil maka kerataan meningkat
                                       - konsentrasi zat warna turun maka kerataan meningkat
Ä    Mesin              :  - Sistem pengadukan larutan
                                                                      - Kerataan suhu larutan
Ä    Metoda celup  :  - Resep celup yang tepat
                                                                      - Skema proses celup yang tepat
Dengan demikian prinsip pencelupan adalah proses pemberian warna pada bahan baik berupa benang atau kain dengan mekanisme zat warna difusi ke permukaan serat, adsorbsi ke permukaan serat, difusi ke dalam serat dan fiksasi zat warna.
Pada dasarnya pencelupan pencelupan kain kapas dengan zat warna bejana larut menghasilkan kain celupan yang kerataan dan ketahanan luntur warnanya amat baik, karena zat warna bejana larut berikatan secara kovalen dengan serat kapas, yakni zat warna benar – benar berikatan dengan serat hingga zat warna menjadi bagian dari serat dan penyerapannya terhadap serat kapas sangat baik sehingga kerataan warnanya baik.
Namun yang terjadi pada IKM Sogan Batik Rejodani sering mengeluhkan bahwa pencelupan menggunakan zat warna bejana larut masih terdapat belang terutama pada pencelupan warna polos dan ketahanan lunturnya kurang baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah kurangnya waktu pencelupan (reaksi), tidak adanya penambahan NaCl (garam) untuk membantu penyerapan zat warna sehingga zat warna dapat menyerap ke seluruh permukaan kain untuk mengurangi belang, metoda proses pada saat pencelupan dan pencucian akhir untuk membantu memperbaiki ketahanan luntur warna. Untuk konsentrasi zat warna dan suhu proses dirasakan sudah memenuhi standar.
Berdasarkan uraian diatas maka pada percobaan  ini dilakukan dengan merubah metoda pencelupan dan menambahkan NaCl (garam) dengan vareasi 30, 40 dan 50 g/l untuk mendapatkan resep yang optimal, dengan konsentrasi zat warna dan suhu proses yang sama dengan IKM Sogan Batik Rejodani, yaitu zat warna bejana larut yang digunakan adalah 2 g/l dan suhu yang digunakan 30ºC.

E.     Metodologi Penelitian
Metodologi yang dilakukan penulis dalam melakukan penilitian ini yaitu:
1.          Pengamatan di lapangan
Pengamatan ini berupa pengumpulan data-data yang diperlukan seperti proses produksi, kondisi IKM, dan permasalahan yang dihadapi. Pengamatan dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan pemilik IKM dan juga para pekerjanya, mengamati dan memahami langsung apa yang ada di IKM.
2.          Analisa Permasalahan
Analisa permasalahan ini dilakukan dengan cara memproses data yang ada kemudian bisa diketahui permasalahan yang sedang dihadapi oleh IKM.
3.          Penetapan Fokus Masalah
Penetapan fokus masalah yang diambil dan dijadikan permasalahan yang akan diamati secara khusus dilakukan dengan cara mempertimbangkan kemudahan menganalisa dan secara teknis bisa diterapkan di IKM.
4.          Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka ini dilakukan untuk mencari informasi yang dibutuhkan terkait dengan permasalahan yang diamati.
5.           Analisa Fokus Masalah
Dalam menganalisa fokus masalah yang diambil perlu dilakukan percobaan langsung di lapangan untuk mendapatkan data yang riil.

















F.     Diagram Alir Proses
F.1.          Diagram alir proses pencelupan di IKM Sogan Batik Rejodani


 
































F.2.          Diagram alir proses pemecahan masalah


 






















Lembar Pengesahan



Menyetujui dan mengesahkan pengajuan judul tugas akhir


UPAYA PERBAIKAN STRUKTUR, TUGAS POKOK, DAN FUNGSI ORGANISASI DI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH CAHAYA MANDIRI



  Bandung, April 2012

Dosen Pembimbing                                                            Mahasiswa


         M. Ichwan.AT.,M.Eng                                                                       Sudirman
                              NIP 19750413 200112 1 003                                                  NPM 09.K30028



Ketua Jurusan Kimia Tekstil



Mohamad Widodo,AT.,M.Tech.Ph.D
NIP 19670818 199603 1 001

0 komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text