A. Latar
Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, menjadikan dunia mode
turut berputar mengikuti perkembangan. Tidak lepas pula pada dunia fashion yang
mengalami perkembangan yamg cukup cepat dan signifikan. Namun hal ini tidak
menutup kemungkinan untuk mengembangkan kebudayaan khas Indonesia yang dapat
kita klasifikasikan dalam berbagai hal, salah satunya yaitu batik. Batik
merupakan salah satu warisan kebudayaan Indonesia yang patut dan seharusnya
dilestarikan terutama pada generasi penurus agar kebudayaan leluhur kita tidak
punah. Batik Indonesia mempunyai cirri khas yang tidak dapat dimilki oleh
Negara lain, cirri khas inilah yang harus kita tonjolkan untuk membedakannya
dengan karya Negara lain. Batik modern lebih banyak diminati oleh konsumen luar
negeri dan lokal khususnya anak muda zaman sekarang. Kian batik yang dulunya
hanya menggunakan pewarna alam saja untuk warnainya, karena perkembangan pola
pikir manusia sehingga pada saat ini untuk mewarnai kain batik dapat dengan
pewarna sintetik salah satu contoh adalah zat warna bejana larut, yang mana
proses dan kualitas warnanya jauh lebih baik dibandingkan dengan pewarna alam.
Salah satu trend batik yang paling digemari oleh konsumen
adalah kain batik abstrak dan gambar – gambar disekitar lingkungan manusia
dengan macam – macam warna baik warna yang cerah dan tua. Batik ini merupakan
hasil perpaduan berbagai jenis pewarna dan perpaduan dari arah warna tersebut
sehingga hasil yang didapat sesuai dengan tujuan dan yang diinginkan konsumen.
Salah satu pewarna yang digunakan oleh pengrajin batik diindonesia adalah zat
warna bejana larut turunan Indigo yaitu Indigosol, pada proses penggunaan
pewarna turunan Antraquinon yaitu Antrasol memerlukan pemanasan sehingga tidak
dapat digunakan untuk mewarnai kain batikan karena lilin (malam) yang digunakan
pada proses pembatikan tidak tahan dengan suhu panas. Pewarna jenis ini
mempunyai kelebihan pada proses penggunaan lebih mudah, serta kerataan dan
ketahanan luntur warna yang didapat jauh lebih baik dibanding dengan pewarna
yang lainnya, tapi kelemahan pewarna ini adalah warna yang didapat agak suram
dan mahal. Pada IKM (Industri Kecil Menengah) Sogan Batik Rejoddani menggunakan
dua jenis pewarna yaitu zat warna bejana larut turunan Indigo dan zat warna
Nafthol.
Kain batik menggunakan pewarna tersebut diatas sangat
banyak digemari oleh konsumen karena ketahanan luntur warna dan kecerahannya
sangat baik dan sangat disukain oleh pelaku IKM karena proses penggunaannya
lebih mudah sehingga lebih efesien. Namun para pelaku IKM khususnya IKM Sogan
Batik Rejodani belum memahami benar masalah proses penggunaan zat warna bejana
larut sehingga resiko belang pada hasil pewarnaan sering terjadi, menyebabkan
pemborosan zat warna dan tidak efesien karena harus menggalami dua sampai tiga
kali proses untuk menddapat warna sesuai tujuan. Selama diamati proses
pencelupan kain batik di IKM Sogan Batik Rejodani, kemungkinan waktu yang
digunakan pada saat pencelupan kurang dan tidak ada penambahan NaCl (garam)
pada larutan celup. Hal ini tentunya menjadi masalah bagi IKM Sogan Batik
Rejodani. Untuk itu perlu dilakukan percobaan untuk mengetahui resep dan skema
proses yang optimal dengan penambahan NaCl (garam), karena garam membantu
penyerapan zat warna yang nantinya akan mengurangi penggunaan zat warna.
Penentuan resep optimal pada proses pencelupan melalui uji kerataan warna
secara visual, ketahanan luntur terhadap pencucian dan ketahanan luntur
terhadap gosokan.
B. Indentifikasi
Masalah
Masalah yang diindentifikasi pada percobaan ini adalah seberapa
besar pengaruh metoda pencelupan dan penambahan NaCl (garam) pada pencelupan
kain kapas. Menggunakan zat warna bejana larut jenis Indigosol dengan pengujian
kerataan warna dan ketahanan luntur warna.
Pada dasarnya pencelupan menggunakan zat warna bejana
larut mempunyai kerataan dan ketahanan luntur warnanya sangat baik. Namun
sebaliknya pada IKM Sogan Batik Rejodani. Kurang baiknya kerataan dan ketahan
luntur warna dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya metoda proses, waktu pencelupan, kurangnya
zat pembantu yang ditambahkan, konsentrasi zat yang digunakan dan pencucian
akhir proses.
Metoda pencelupan yang digunakan pada IKM Sogan Batik
Rejodani adalah perendaman kain pada larutan celup dengan suhu 30ºC dan waktu
kurang lebih 4 – 7 menit. Waktu proses perendaman pada larutan celup sampai
kain terendam sempurna, dengan artian tidak ada ukuran waktu proses perendaman
kain.
Selama diamati proses pencelupan pada IKM Sogan Batik
Rejodani ini, kemungkinan adanya belang pada warna dan kurangnya ketahanan
luntur zat warna yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya waktu
pencelupan kurang, menyebabkan zat warna belum sempurna menyerap pada kain,
tidak adanya penambahan NaCl (garam) untuk membantu penyerapan zat warna dan
tidak ada pencucian akhir menyebabkan ketahanan luntur warna kurang baik. Untuk
itu perlu dilakukan percobaan sejauh mana pengaruh yang terjadi pada hasil
pencelupan jika metoda pencelupan diganti dan ditambah NaCl (garam) sebagai zat
pembantu.
C. Maksud
dan Tujuan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui sejauh
mana pengaruh metoda pencelupan dan penambahan NaCl (garam) pada pencelupan
kain kapas dengan zat warna bejana larut jenis Indigosol dengan vareasi
penambahan garamnya adalah 30, 40 dan 50 g/l. dengan pengujian kerataan warna
dan ketahanan luntur terhadap pencucian.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui resep
optimal pada proses pencelupan kain kapas dengan zat warna bejana larut jenis
Indigosol sehingga diperoleh hasil pencelupan yang berkualitas dan efesien.
D. Kerangka
Pemikiran
Proses
pencelupan pada kain adalah proses pemberian warna pada kain atau mewarnai kain
dengan pewarna atau zat warna, salah satu jenis zat warna adalah zat warna
bejana larut. Mewarnai kain sesuai dengan kebutuhan atau yang dikehendaki,
misal warna tua atau muda, warna sekunder atau primer, sebagian atau seluruh
bagian kain dan kualitasnya harus sesuai dengan tujuan.
Pencelupan
pada umumnya terdiri dari melarutkan atau mendispersikan zat warna dalam air
atau medium lain,kemudian memasukkan bahan tekstil kedalam larutan tersebut
sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam serat. Penyerapan zat warna
kedalam serat merupakan suatu reaksi
eksotermik dan reaksi keseimbangan. Beberapa zat pembantu misalnya
garam,asam,alkali,atau lainnya ditambahkan kedalam larutan celup dan kemudian
pencelupan diteruskan hingga diperoleh warna yang dikehendaki.
Faktor
yang perlu dipertimbangkan :
o
Aspek
teknis :
warna, kerataan, hasil celup.
o
Aspek
ekonomis : Biaya
proses seminimal mungkin.
o
Aspek
lingkungan : Limbah
proses tidak mencemari lingkungan
Adapun
hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pencelupan adalah :
1.
warna è zat warna (dyestuf) dan
warnanya (merah, kuning, biru, dan sebagainya)
2.
bahan
è jenis (selulosa, protein, sintetik)
dan bentuknya (kain, benang, atau serat)
3.
merata
è berdasarkan cara (teknologi)
pencelupan
4.
permanen
è ketahanan luntur (fastness)
Mekanisme
pencelupan :
1.
difusi
zat warna (ZW), fase pendekatan zat warna ke permukaan serat
2.
adsorpsi
ZW ke permukaan serat
3.
difusi
ZW ke dalam serat
4.
fiksasi
ZW
Sedangkan
untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka yang hasrus diperhatikan yakni,
faktor yang mempengaruhi kerataan hasil celup adalah :
Ä
Bahan :
Homogenitas dan kebersihan bahan
Ä
Zat
warna : - zat warna yang afinitasnya kecil cenderung
mudah rata
-
laju penyerapan zat warna turun maka kerataan meningkat
-
kelarutan zat warna kecil maka kerataan meningkat
-
konsentrasi zat warna turun maka kerataan meningkat
Ä
Mesin :
- Sistem pengadukan larutan
- Kerataan suhu larutan
Ä
Metoda
celup : - Resep celup yang tepat
-
Skema proses celup yang tepat
Dengan demikian prinsip pencelupan adalah proses
pemberian warna pada bahan baik berupa benang atau kain dengan mekanisme zat
warna difusi ke permukaan serat, adsorbsi ke permukaan serat, difusi ke dalam
serat dan fiksasi zat warna.
Pada dasarnya pencelupan pencelupan kain kapas dengan zat
warna bejana larut menghasilkan kain celupan yang kerataan dan ketahanan luntur
warnanya amat baik, karena zat warna bejana larut berikatan secara kovalen
dengan serat kapas, yakni zat warna benar – benar berikatan dengan serat hingga
zat warna menjadi bagian dari serat dan penyerapannya terhadap serat kapas
sangat baik sehingga kerataan warnanya baik.
Namun yang terjadi pada IKM Sogan Batik Rejodani sering
mengeluhkan bahwa pencelupan menggunakan zat warna bejana larut masih terdapat
belang terutama pada pencelupan warna polos dan ketahanan lunturnya kurang
baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah
kurangnya waktu pencelupan (reaksi), tidak adanya penambahan NaCl (garam) untuk
membantu penyerapan zat warna sehingga zat warna dapat menyerap ke seluruh
permukaan kain untuk mengurangi belang, metoda proses pada saat pencelupan dan
pencucian akhir untuk membantu memperbaiki ketahanan luntur warna. Untuk
konsentrasi zat warna dan suhu proses dirasakan sudah memenuhi standar.
Berdasarkan uraian diatas maka pada percobaan ini dilakukan dengan merubah metoda pencelupan
dan menambahkan NaCl (garam) dengan vareasi 30, 40 dan 50 g/l untuk mendapatkan
resep yang optimal, dengan konsentrasi zat warna dan suhu proses yang sama
dengan IKM Sogan Batik Rejodani, yaitu zat warna bejana larut yang digunakan
adalah 2 g/l dan suhu yang digunakan 30ºC.
E. Metodologi
Penelitian
Metodologi yang dilakukan
penulis dalam melakukan penilitian ini yaitu:
1.
Pengamatan
di lapangan
Pengamatan
ini berupa pengumpulan data-data yang diperlukan seperti proses produksi,
kondisi IKM, dan permasalahan yang dihadapi. Pengamatan dilakukan dengan cara
wawancara langsung dengan pemilik IKM dan juga para pekerjanya, mengamati dan
memahami langsung apa yang ada di IKM.
2.
Analisa
Permasalahan
Analisa
permasalahan ini dilakukan dengan cara memproses data yang ada kemudian bisa
diketahui permasalahan yang sedang dihadapi oleh IKM.
3.
Penetapan
Fokus Masalah
Penetapan
fokus masalah yang diambil dan dijadikan permasalahan yang akan diamati secara
khusus dilakukan dengan cara mempertimbangkan kemudahan menganalisa dan secara
teknis bisa diterapkan di IKM.
4.
Tinjauan
Pustaka
Tinjauan
pustaka ini dilakukan untuk mencari informasi yang dibutuhkan terkait dengan
permasalahan yang diamati.
5.
Analisa
Fokus Masalah
Dalam menganalisa fokus masalah yang diambil perlu
dilakukan percobaan langsung di lapangan untuk mendapatkan data yang riil.
F. Diagram
Alir Proses
F.1.
Diagram
alir proses pencelupan di IKM Sogan Batik Rejodani
![]() |
F.2.
Diagram
alir proses pemecahan masalah
![]() |
Lembar Pengesahan
Menyetujui
dan mengesahkan pengajuan judul tugas akhir
UPAYA PERBAIKAN STRUKTUR, TUGAS POKOK, DAN FUNGSI
ORGANISASI DI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH CAHAYA MANDIRI
Bandung, April 2012
Dosen Pembimbing Mahasiswa
NIP 19750413
200112 1 003 NPM 09.K30028
Ketua Jurusan Kimia Tekstil
Mohamad Widodo,AT.,M.Tech.Ph.D
NIP 19670818 199603 1 001



0 komentar:
Posting Komentar