Pages

Ads 468x60px

Sabtu, 10 Maret 2012

organisasi / kelompok


BAB. I  PENDAHULUAN

I.1             LATARBELAKANG
Selain sebagai makhluk individu, manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Oleh karena itu manusia tidak dapat hidup sendiri, karena memiliki naluri untuk hidup dengan manusia lain. Hal ini timbul sejak manusia dilahirkan di muka bumi ini, yang dapat di lihat dari dua hasrat atau keinginan pokok manusia yaitu : keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya ( masyarakat) dan keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam lainnya. Untuk merealisasikan keinginannya menjadi satu dengan manusia lain, dengan berinteraksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan antara manusia satu dengan manusia lainnya, baik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok.
Hubungan antar manusia, ataupun relasi-relasi sosial menentukan struktur dari masyarakatnya. Hubungan antar manusia atau relasi-relasi sosial ini di dasarkan kepada komunikasi. Karenanya Komunikasi merupakan dasar dari existensi suatu masyarakat. Hubungan antar manusia atau relasi-relasi sosial, hubungan satu dengan yang lain warga-warga suatu masyarakat, baik dalam bentuk individu atau perorangan maupun dengan kelompok-kelompok dan antar kelompok manusia itu sendiri, mewujudkan segi dinamikanya perubahan dan perkembangan masyarakat. Apabila kita lihat komunikasi ataupun hubungan tersebut sebelum mempunyai bentukbentuknya yang konkrit, yang sesuai dengan nilai-nilai sosial di dalam suatu masyarakat, ia mengalami suatu proses terlebih dahulu. Proses-proses inilah yang dimaksudkan dan disebut sebagai proses sosial. Sehingga Gillin & Gillin mengatakan bahwa: Proses-proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut, atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Gillin dan Gillin juga mengajukan dua syarat yang harus di penuhi agar suatu interaksi sosial itu mungkin terjadi, yaitu:
Ø Adanya kontak sosial (social contact)
Ø Adanya komunikasi.
Dengan demikian kontak merupakan tahap pertama terjadinya suatu interaksi sosial. Dapat di katakan bahwa untuk terjadinya suatu kontak, tidak perlu harus terjadi secara badaniah seperti arti semula kata kontak itu sendiri yang secara harfiah berarti “bersama-sama menyentuh”. Manusia sebagai individu dapat mengadakan kontak tanpa menyentuhnya tetapi sebagai makhluk sensoris dapat melakukannya dengan berkomunikasi. Komunikasi sosial ataupun “face-to face” communication, interpersonal communication, juga yang melalui media. Apalagi kemajuan teknologi komunikasi telah demikian pesatnya. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu tidak hanya antara individu dan individu sebagai bentuk pertamanya saja, tetapi juga dalam bentuk kedua, antara individu dan suatu kelompok manusia atau sebaliknya. Bentuk ketiga, antara sesuatu kelompok manusia dengan kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. Suatu kontak sosial tidak hanya tergantung dari tindakan ataupun kegiatan saja, tetapi juga dari tanggapan atau response reaksi, juga feedback terhadap tindakan atau kegiatan tersebut. Kontak sosial dapat bersifat positif, apabila mengarah kepada suatu kerjasama (cooperation). Dan dapat bersifat negatif apabila mengarah kepada suatu pertentangan (conflict), atau bahkan lama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi social.
II.1           MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud : membuat makalah mengenai proses-proses kelompok (kelompok, dinamika kelompok, kelompok social serta proses pembentukan kelompok dll.).
Tujuan :
1.      Agar  dapat mengetahui pengertian kelompok, dinamika kelompok dan kelompok social
2.      Agar dapat mengetahui fungsi kelompok, jenis kelompok social, ciri kelompok social, proses pembentukan, tahap tumbuh kembang kelompok, keuntungan dan kelemahan kelompok, dll.




































BAB. II  KONSEP DAN TEORI TENTANG KELOMPOK

II.1.          PENGERTIAN KELOMPOK
Kelompok adalah sekumpulan orang/individu yang terorganisir, dengan kesamaan kegiatan dan tujuan yang sama. Maka, imbasnya, tujuan kelompok hendaknya ditentukan bersama-sama. Sebagai titik awal dalam membangun kelompok, tujuan kelompok adalah arah bagi berjalannya kelompok dalam melakukan aktifitas atau kegiatan yang akan dilakukan, dan ini menjadi begitu penting dalam membangun kelompok.
Hal kedua yang menjadi penting dalam pembangunan kelompok adalah bagaimana melanggengkan atau mengupayakan eksisnya suatu kelompok. Tentang ini, sangat ditentukan oleh individu-individu yang ada dalam kelompok itu sendiri. Untuk itu, yang harus dimiliki individu-individu yang berkelompok adalah adanya sebuah ikatan sosial diantara mereka yang diharapkan akan menimbulkan rasa kepemilikan dan kepedulian individu pada kelompok yang telah didirikan.

II.2.          KONSEP KELOMPOK SOSIAL
Individu dan Kelompok Sosial
Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan manusia lain. Sebagai akbat dari hubungan yang terjadi di antara individu-individu (manusia) kemudian lahirlah kelompok-kelompok sosial (social group) yang dilandasi oleh kesamaan-kesamaan kepentingan bersama.
Kelompok sosial menurut pengertian sosiologis adalah kumpulan individu-individu yang mempunyai hubungan dan saling berinte-raksi satu sama lain, dimana didalamnya terdapat ikatan perasaan yang relatif sama. Sedangkan dalam pengertian umum kelompok merupakan golongan, kelas, lapisan atau kumpulan manusia yang dibatasi oleh ciri, kondisi dan kesamaan kepentingan tertentu. Mayor Polak (1979) mendefenisikan kelompok sebagai "Group" atau kelompok", yaitu sejumlah orang yang ada antar hubungan satu sama lain dan antar hubungan itu bersifat sebagai sebuah struktur.
Ada sejumlah rangkaian atau sistem suatu kelompok yang dapat dikatakan berstruktur, yaitu:
1.      Adanya sistem dari status-status para anggotanya, seperti sebuah organisasi pemuda misalnya. Ia memiliki susunan pengurus yang merupakan suatu rangkaian yang bersifat hirarkis.
2.      Terdapat atau berlakunya nilai-nilai, norma-norma (kebudayaan) dalam mempertahankan kehidupan kelompoknya, artinya sturktur selalu diutamakan kesetablitasnya.
3.      Terdapat peranan-peranan sosial (Social Roles) yang merupakan aspek dinamis dari struktur.
Namun bukan berarti semua himpunan manusia dapat dikatakan kelompok sosial. Untuk dikatakan kelompok sosial terdapat persyaratan-persyaratan tertentu.
Macam-macam kelompok sosial meliputi:
1.      klasifikasi tipe-tipe kelompok sosial;
2.      kelompok sosial dipandang dari sudut individu;
3.      in group dan out group;
4.      primary group dan secondary group;
5.      gemeinschalf dan geselfchaft.

Primary group adalah kelompok-kelompok yang ditandai dengan ciri-ciri kenal mengenal antara anggota-anggotanya serta kerja sama erat yang bersifat pribadi. Sedangkan yang dimaksud pengertian secondary group adalah kebalikan dari primary group. Secondary group sebagai kelompok-kelompok yang besar, yang terdiri banyak orang antara siapa hubungannya tak perlu berdasarkan kenal mengenal secara pribadi dan sifatnya tidak begitu langgeng.
Tonnies dan Loomis menyatakan bahwa gemeinschalf adalah bentuk kehidupan bersama di mana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang bersifat alamiah dan dasar dari hubungan tersebut adalah rasa cinta dan kesatuan batin yang telah dikodratkan. Contoh bentuk gemeinschalf dijumpai dalam keluarga, kelompok kekerabatan dan rukun tetangga. Sedangkan geselfchaft adalah kebalikannya, yaitu berupa ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat imajiner dan strukturnya bersifat mekanis sebagaimana terdapat dalam mesin. Contoh bentuk geselfchaft ini terdapat bentuk utama hubungan perjanjian berdasarkan ikatan timbal balik. Seperti ikatan antara pedagang, organisasai dalam suatu pabrik, industri dan lain-lain.
Di samping ada kelompok sosial juga terdapat sistem sosial dalam bentuk piramida seperti berikut:
1.      lapisan sosial atas (upper);
2.      lapisan sosial menengah (midle);
3.      lapisan sosial rendah (lower).

Kelembagaan (Social Institution)
Beberapa pendapat para ahli sosiologi tentang pengertian kelembagaan (Social Instituation). Menurut Soerjono Soekanto (1982:191) mendefinisikan bahwa lembaga kemasyarakatan adalah “sesuatu bentuk dan sekaligus mengandung pengertian-pengertian yang abstrak perihal norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi ciri-ciri dari lembaga kemasyarakatan. Sedangkan menurut Koentjaraningrat (1984:165) adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku masyarakat. Pranata sosial diberi arti sebagai sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.

II.3.          KLASIFIKASI KELOMPOK DAN KARAKTERISTIK KOMUNIKASINYA
Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.
·        Kelompok primer dan sekunder
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut:
1.      Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
2.      Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.
3.      Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
4.      Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.
5.      Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
·        Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok rujukan saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif. Islam juga memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus saya miliki-kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan apa yang harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu, Islam juga memberikan kepada saya cara memandang dunia ini-cara mendefinisikan situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif). Namun Islam bukan satu-satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi kelompok keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi.
·        Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga:
a. kelompok tugas;
b. kelompok pertemuan; dan
c. kelompok penyadar.
Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak.
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.

II.4.          PENGARUH KELOMPOK PADA PERILAKU KOMUNIKASI
Ø Konformitas
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.
Ø Fasilitasi sosial.
Fasilitasi (dari kata prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.
Ø Polarisasi.
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras.

II.5.          FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEEFEKTIFAN KELOMPOK
1.      Faktor situasional karakteristik kelompok:
Ø  Ukuran kelompok
Ø  Jaringan komunikasi
Ø  Kohesi kelompok
Kohesi kelompok, yaitu kekuatan yang mendorong anggota kelompok
Ø  Kepemimpinan
Kepemimpinan → yaitu komunikasi yang secara positif mempengaruhi
2.      Faktor personal karakteristik kelompok:
Ø  Kebutuhan interpersonal
1) Ingin masuk menjadi bagian kelompok (inclusion).
2) Ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan hierakis (control).
3) Ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain.

Ø  Tindak komunikasi
Ø  Peranan
1) Peranan Tugas Kelompok. Tugas kelompok adalah memecahkan masalah atau melahirkan gagasan-gagasan baru. Peranan tugas berhubungan dengan upaya memudahkan dan mengkoordinasi kegiatan yang menunjang tercapainya tujuan kelompok.
2) Peranan Pemiliharaan Kelompok. Pemeliharaan kelompok berkenaan dengan usaha-usaha untuk memelihara emosional anggota-anggota kelompok.
3) Peranan individual, berkenaan dengan usahan anggota kelompokuntuk memuaskan kebutuhan individual yang tidak relevan dengantugas kelompok

II.6.          PEMBEDAAN KELOMPOK BERDASARKAN KRITERIA
James W. Vander Zanden (1979) membedakan kelompok-kelompok berdasarkan 3 (tiga) kriteria dari Robert Biersted (1948), yaitu:
Ø  kesadaran akan jenis yang sama (conciousness of kind) - kecenderungan orang untuk mengakui orang lain seperti dirinya;
Ø  adanya hubungan sosial antar individu (social relationship between individuals) - hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi dalam hal perasaan, sikap, dan tindakan;
Ø  orientasi tujuan yang sudah ditentukan (goal-oriented associations) – sebuah unit sosial yang secara sengaja dibuat untuk mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan ketiga kriteria tersebut zanden menyatakan ada empat tipe kelompok, yaitu :
v  kategori statistic
Kategori statistik tidak memiliki ketiga kriteria diatas, melainkan sebutan dari para sosiolog, demografer, ahli statistik, dan lainnya. Individu-individu dikelompok berdasarkan atribut yang secara umum dimiliki mereka, seperti pelajar, penyandang cacat, atau pengangguran
v  kategori social
Pada tipe kategori sosial memiliki kriteria kesadaran akan jenis yang sama. Individu menjadi anggota dari kategori sosial tertentu dengan menyadari adanya sesuatu yang sama diantara mereka yang sesuatu tersebut mempengaruhi perilakunya, seperti laki-laki, perempuan, negro, dan anggota sejenis kelas sosial.
v  kelompok sosial dan
Kelompok sosial mirip dengan kategori sosial, yaitu ada kesadaran dari anggota kelompok akan adanya kesamaan diantara mereka, namun kelompok memiliki kriteria lain yaitu adanya interaksi diantara anggota-anggotanya; contoh dari kelompok sosial ini adalah kelompok pertemanan dan keluarga batih.
v  organisasi formal.
Organisasi formal mirip dengan kategori sosial dan kelompok sosial, namun organisasi formal ini muncul ketika kelompok tersebut secara sengaja dibangun menjadi sebuah unit sosial untuk mencapai tujuan tertentu; contoh organisasi formal adalah perusahaan, instansi pemerintah, lembaga pendidikan, dan lembaga kemasyarakatan. Biasanya dalam organisasi akan disertai dengan birokrasi yang dibuat untuk lebih menjamin adanya pencapaian tujuan.

II.7.          FUNGSI KELOMPOK
Masyarakat adalah kelompok di mana mereka merupakan anggota yang mengidentifikasi sejumlah kelompok tertentu, dan terdapat hubungan antar pribadi, yang disana juga terdapat perbandingan social, pertukaran sosial, pengawasan sosial, penghargaan sosial, identitas sosial, dan sosial belajar dan ini akan mempengaruhi kepuasan anggota dalam kelompoknya.
Manusia memerlukan kelompok untuk survive. anggota kelompok bermakna memuaskan beberapa yang dasar kebutuhan psikologis, dengan bergabung dengan orang lain, seseorang dapat memecahkan permasalahan yang meliputi dirinya.
Kesuksesan suatu Kelompok adalah memberikan pelayanan dalam hal perbedaan individu yaitu menyediakan pelayanan untuk berinteraksi bagi setiap anggota. Dalam penelitian disebutkan bahwa ada 16 faktor yang menyebutkan bahwa terdapat beberapa kriteria fungsi kelompok dalam mewujudkan kepuasan anggota. Pria memiliki tingkat kepuasan lebih tinggi dalam kelompok dibanding dengan wanita, tetapi pria juga memiliki tingkat ketidakpuasan paling tinggi dibanding perempuan dalam suatu kelompok.
Beberapa Kriteria yang dapat menimbulkan kepuasan anggota dalam suatu kelompok adalah social bonding, yaitu dimana kelompok tersebut menyenangkan bagi anggotanya. Sehingga anggota tersebut merasa senang menjadi bagian dari kelompok.
Ø  Social comparison-upward, yaitu dimana suatu anggota merasa terinspirasi oleh anggota yang lain, sehingga dia dapat melakukan sesuatu seperti yang dilakukan oleh anggota yang menjadi inspirasinya.
Ø  Social esteem, yaitu terwujudnya suatu harga diri anggota dikarenakan dia telah menjadi satu dengan anggota-anggota yang lain, dari sinilah akan muncul harga diri suatu kelompok.
Ø  Social learning, yaitu dimana anggota tersebut merasa mendapat suatu pelajaran yang berarti dalam kelompok yang dimasukinya.
Tetapi ternyata terdapat 2 kriteria yang kurang dapat memuaskan suatu anggota kelompok. 2 kriteria tersebut adalah social control dan social comparison-downward.
Ø  Social control adalah satu anggota dapat mempengaruhi anggota yang lain. Ketidak mampuan anggota dalam mengambil suatu beban sendiri dalam mempengaruhi, sehingga dia membutuhkan anggota yang lain untuk menanggung beban yang sama, kecuali bila anggota tersebut mempunyai power tersendiri.
Ø  social coparison downward adalah kemampuan individu dalam menghasilkan atau berbuat sesuatu untuk anggota kelompok. Sehingga dia dapat merasakan perasaan lebih baik dari pada anggota yang lain. Karena sesungguhnya bukan satu orang yang merasa lebih baik atas segalanya dalam suatu kelompok, tetapi bagaimana anggota kelompok yang lain dapat memberikan inspirasi untuk dirinya. Sehingga akan mucul suatu kepuasan bagi anggota tersebut.

II.8.          SYARAT-SYARAT KELOMPOK SOCIAL
1.      Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan bagian dari keseluruhan anggota  kelompok yang bersangkutan.
2.      Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya.
3.      Terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh seluruh anggota kelompok , sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama .
4.      Terbentuk secara berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku

II.9.          CIRI-CIRI KELOMPOK SOCIAL
Ø  Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
Ø  Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak social
Ø  Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas
Ø  Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu
Ø  Interaksi : saling mempengaruhi (mutual influence) secara fisik maupun verbal, non verbal, emosional dsb
Ø  Goal : personal goal dan commons goal
Ø  Struktur : pembagian tugas, pembagian peranan
Ø  Norm : Social norm dan legalistik norm
Ø  Groupness : in group feeling, toleransi, solidaritas, konformitas, obedience
Ø  Entitas
Ø  Ethos, spirit de corp

II.10.       JENIS KELOMPOK SOCIAL
Menurut Robert Bierstedt kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok menjadi empat macam:
Ø  Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecematan.
Ø  Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.
Ø  Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terukat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat.
Ø  Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal. Contoh: negara, sekolah

II.11.       PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KELOMPOK
Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan kelompok adalah sebagai berikut:
Ø  Adaptasi Proses adaptasi berjalan dengan baik bila:
ü  Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru
ü  Setiap kelompok selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai dengan dinamika kelompok tersebut.
ü  Setiap anggota memiliki kelenturan untuk menerima ide, pandangan , norma dan kepercayaan anggota lain tanpa merasa intergeritasnya terganggu.
Ø  Pencapaian tujuan Dalam hal ini setiap anggota mampu untuk :
ü  menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama
ü  membina dan memperluas pola
ü  terlibat secara emosianal untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan kemampuannya.
Selain hal diatas, perkembangan kelompok dapat ditunjang oleh bagaimana komunikasi yang terjadi dalam kelompok. Dengan demikian perkembangan kelompok dapat dibagi menjadi tiga tahap, antara lain :
Ø  Tahap pra Merupakan tahap permulaan, diawali dengan adanya perkenalan semua individu akan saling mengenal satu sama lain. Kemudian hubungan berkembang menjadi kelompok yang sangat akrab dengan saling mengenal sifat dan nilai masing-masing anggota
Ø  Tahap fungsional Ditandai dengan adanya perasaan senang antara satu dengan yang lain, tercipta homogenitas, kecocokan, dan kekompakan dalam kelompok. Pada akhirnya akan terjadi pembagian dalam menjalankan fungsi kelompok.
Ø  Tahap disolusi Tahap ini terjadi apabila keanggotaan kelompok sudah mempunyai rasa tidak membutuhkan lagi dalam kelompok. Tidak ada kekompakan maupun keharmonisan yang akhirnya diikuti dengan pembubaran kelompok

II.12.       DINAMIKA KELOMPOK SOSIAL
Ø  Dinamika kelompok: dinamika kelompok dengan pendekatan sosiologis dapat diamati dari unsur-unsur pokok sistem sosial sebagai alat analisis dinamika kelompok yaitu :
ü  Tujuan : segala sesuatu yang ingin dicapai oleh kelompok
ü  Keyakinan : aspek pengetahuan/kognitif yang dianggap benar
ü  Norma : perilaku standar yang dapat diterima
ü  Sanksi : sistem penghargaan dan hukuman terhadap perilaku anggota kelompok
ü  Peranan kedudukan : hirarki hak dan kewajiban
ü  Kewenangan ambil keputusan dan mengontrol orang lain
ü  Jenjang sosial
ü  Fasilitas yang menyangkut alat untuk mencapai tujuan kelompok
Ø  Dinamika organisasi sosial
Pencermatan dinamika organisasi dapat dilihat dari :
·        sistem organisasi : tujuan, struktur, lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya
·        struktur organisasi : kewenangan, komunikasi, tugas;
·        proses organisasi : hubungan antar peranan, pengendalian, koordinasi, sosialisasi, dan supervisi.

II.13.       KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN DALAM KELOMPOK
Ø  Keunggulan
ü  Keterbukaan antar anggota kelompok untuk memberi dan menerima informasi dan pendapat anggota yang lain.
ü  Kemauan anggota kelompok untuk mendahulukan kepentingan kelompoknya dengan menekan kepentingan pribadi
ü  Kemampuan secara emosional dalam mengungkapkan kaidah dan telah disepakati kelompok.
Ø  Kelemahan
Disebabkan karena waktu penugasan, tempat atau jarak anggota kelompok yang berjauhan yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas pertemuan.

II.14.       PENGARUH KELOMPOK
Ø  Social Fasilitation
ü  Kecenderungan individu untuk mempertunjukkan kemudahan mempelajari & menyelesaikan tugas dengan mudah karena kehadiran orang lain;
ü  Respon yang kuat & mencolok kehadiran orang  lain.
ü  Kehadiran orang lain
Dikatakan bahwa kehadiran orang lain terkadang memberikan kemudahan bagi orang lain untuk melakukan aktivitas, tapi tak jarang juga sebagai hambatan. Sebagaimana kita mengibaratkan perkiraan cuaca, kita memperkirakan akan terjadi hujan ternyata hanya mendung atau bahkan panas.
ü  Crowding: kehadiran beberapa orang yang lain
Pada dasarnya hampir sama dengan kehadiran orang lain bahwa terkadang memberikan keuntungan tapi kadang justru merugikan. Seseorang dalam keadaan stress, kawannya akan dapat menghiburnya. Meskipun demikian para peneliti telah menemukan bahwa dengan kehadiran banyak orang justru seseorang yang dalam keadaan stress akan bertambah keringat, tertekan, bernapas lebih cepat, otot - otot meregang, ketika mengadakan perjalanan lebih mudah lelah, memilki tekanan darah lebih tinggi, & detak jantung lebih cepat. Bagi orang yang mudah gagap, kehadiran banyak orang cenderung semakin gagap ketika berbicara didepan umum & banyak orang.

Ø  Social Loafing
Social Loafing yaitu kecenderungan dimana orang-2 secara kerjasama mengerahkan usaha mereka untuk memperoleh goal yang hendak dicapai bersama sedangkan dalam hal ini usaha individu tidak diperhitungkan . Sebagai contoh permainan dalam sebuah tim, meskipun yang meng-gol-kan bola kegawang satu orang namun kesuksesan kemenangan tetap satu tim yang merasakan meski terdiri dari beberapa orang.
ü  Banyak tangan akan meringankan pekerjaan
Pekerjaan seberat apapun jika dikerjakan bersama - sama maka akan terasa ringan. Dikatakan ringan bukan berarti hanya metode penyelesaiannya yang serentak bersamaan, namun dalam sebuah kelompok sosial bisa saling bergantian.
ü  Social loafing dalam kehidupan sehari-hari
Free riders adalah orang memperoleh keuntungan dari kelompok, akan tetapi sebenarnya ia hanya memberikan sedikit sumbangan pada kelompok tsb. Demikian juga social loafing yang terjadi dalam kehidupan sehari - hari misal tim mendayung, mengevaluasi puisi atau editorial, menghasilkan ide - ide, dll, sering segelintir orang hanya menyumbangkan  partisipasinya yang akhirnya mengeluarkan karya unggulan.

Ø  Polirisasi Kelompok
Efek baik buruk biasanya terjadi dari interaksi kelompok, misal bentrokan dengan aparat keamanan & kekerasan massa yang mendemontrasikan potensi destruktifnya. Akan tetapi dukungan kelompok, konsultan manajemen, & para ahli teori menyatakan keuntungannya. Begitu juga pergerakan sosial & agama mendesak para anggotanya untuk memperkuat identitas mereka melalui persahabatan yang terjalin satu sama lain.
Penelitian membantu untuk mengklarifikasi pemahaman kita seperti dampak - dampak dari hasil penelitian. Dari mempelajari orang - orang dalam sebuah kelompok kecil, sebuah prinsip muncul yang akan membantu menjelaskan baik dampak yang konstruktif (bersifat membangun) maupun yang destruktif bersifat merusak). Diskusi kelompok sering memperkuat unklinasi (kecenderungan) awal para anggota (baik atau buruk).
Group polarization/ polarisasi kelompok mengilustrasikan proses penyelidikan bagaimana sebuah penemuan yang menarik justru menggiring/ menuntun peneliti kearah kesimpulan yang salah & kadang terkesan gegabah yang akhirnya perlu diganti dengan kesimpulan yang lebih akurat.
        Groupthink
Kapan pengaruh kelompok benar-benar dianggap sebagai penghambat dari keputusan yang brilian? Kapan kelompok benar-benar mempromosikan keputusan yang baik, & bagaimana kita dapat menuntun kelompok untuk membuat keputusan yang optimal?
Groupthink yaitu kecenderungan dalam pengambilan keputusan kelompok untuk menekan mereka yang berbeda pendapat demi keharmonisan kelompok.
       Simptom-simptom groupthink
            Terdapat 7 simptom groupthink yang semuanya dikategorikan menjadi 3 kelompok:
Ø  Kelompok simptom pertama cenderung menuntun anggota kelompok menjadi terlalu tinggi dalam menailai kemungkinan & kebenaran kelompok mereka (to overestimate their group’s might and right)
Ø  Kelompok simptom kedua cenderung untuk close- minded:
Rationalization: kelompok melalaikan tantangan-2nya dengan cara secara kolektif menjastifikasi keputusan - keputusan mereka. Presiden Johnson dalam makan siangnya mengatakan bahwa dirinya lebih banyak waktunya untuk berrasionalisasi (menjelaskan & menjastifikasi) daripada merefleksikan & memikirulang keputusan - keputusan utama untuk meningkatkan pemimpinannya. Masing-masing inisiatif menjadi sebuah tindakan untuk bertahan & berjastifikasi.
Stereotyped view of opponent: peserta dalam groupthink ini memikirkan bahwa musuh mereka terlalu kejam untuk diajak bernegosiasi atau justru terlalu lemah & tak memilki intelegensi untuk mempertahankan kelompok mereka sendiri melawan inisiatif yang telah direncanakan.
Ø  Kategori ketiga yaitu kelompok yang menderita akibat tekanan terhadap keseragaman (pressures toward uniformity)

BAB. III  ANALISIS

III.1.       PEMBENTUKAN KELOMPOK
Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama dalam memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok
Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing anggota (siapa yang menjadi ketua atau anggota). Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul perpecahan (konflik) Perpecahan yang terjadi bisanya bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan bersama. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi.
Langkah proses pembentukan tim diawali dengan pembentukan kelompok, dalam proses selanjutnya didasarkan adanya hal-hal berikut:
·        Persepsi
Pembagian kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan intelagensi yang dilihat dari pencapaian akademitas Misalnya terdapat satu atau lebih punya kemampuan intelaktual, atau yang lain memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik. Dengan demikian diharapkan anggota yang memiliki kelebihan tertentu bisa menginduksi anggota lainnya.
·        Motivasi
Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk berkompetensi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok. Perbedaan kemampuan yang ada pada setiap kelompok juga akan memicu kompetisi internal secara sehat.Dengan demikian dapat memicu anggota lain melalui tranver ilmu pengetahuan agar bisa memotivasi diri untuk maju.
·        Tujuaan
Terbentuknya kelompok karena memiliki tujuan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu.
·        Organisasi
Pengorganisasian dilakukan untuk mempermudah koordinasi dan proses kegiatan kspresi selama kegiatan. Namun demikian kebebasan tetap berada dalam tata aturan yang disepakati kelompok.
·        Interaraksi
Interaksi merupakan syarat utama dalam dinamika kelompok, karena dengan interaksi akan ada proses transfer ilmu dapat berjalan secara yang didasarkan atas kebutuhan akan informasi tentang pengetahuan tersebut

III.2.       DASAR PEMBENTUKAN KELOMPOK SOCIAL
Manusia mempunyai pikiran, perasaan, dan kehendak untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya didalam kelompok sosial. Oleh sebab itu, kelompok-kelompok yang terdapat dalam masyarakat terbentuk melalui proses. Secara umum, beberapa dasar yang melandasi orang membentuk kelompok sosial adalah sebagai berikut :
1.      Faktor Kepentingan yang Sama (Common Interest)
      Adanya kepentingan yang sama dapat mendorong sekelompok orang membentuk kelompok sosial. Sejalan dengan perkembangan masyarakat modern, kelompok-kelompok sosial berdasarkan kepentingan yang sama semakin berkembang. Misalnya; kelompok arisan, kelompok seniman dan kelompok olahragawan.
2.      Faktor Darah dan Keturunan yang Sama (Common Acestry)
Keturunan yang sama merupakan dasar persatuan dan tali persaudaraan. Individu-individu yang tinggal dalam masyarakat yang memilki latar belakang suku bangsa atau nenek moyang yang sama kemudian membentuk sebuah kelompok sosial, seperti kelompok keturunan Pakistan, kelompok keturunan cina dan keturunan Arab dan sebagainya.
3.      Faktor Geografis
            Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan.
4.      Faktor Daerah Asal yang Sama
Kesamaan daerah asal terkadang dipakai sebagai dasar bagi pembentukan sebuah kelompok sosial. Hal ini sering kali terjadi pada para perantau. Merasa memiliki budaya sama, bahasa sama, cara berpikir serta pola kerja yang sama, akhirnya individu-individu tersebut membentuk sebuah kelompok sosial.

III.3.       PEMBENTUKAN NORMA KELOMPOK
Perilaku kelompok, sebagaimana semua perilaku sosial, sangat dipengaruhi oleh norma-norma yang berlaku dalam kelompok itu. Sebagaimana dalam dunia sosial pada umumnya, kegiatan dalam kelompok tidak muncul secara acak. Setiap kelompok memiliki suatu pandangan tentang perilaku mana yang dianggap pantas untuk dijalankan para anggotanya, dan norma-norma ini mengarahkan interaksi kelompok.
Norma muncul melalui proses interaksi yang perlahan-lahan di antara anggota kelompok. Pada saat seseorang berprilaku tertentu pihak lain menilai kepantasasn atau ketidakpantasan perilaku tersebut, atau menyarankan perilaku alternatif (langsung atau tidak langsung). Norma terbetnuk dari proses akumulatif interaksi kelompok. Jadi, ketika seseorang masuk ke dalam sebuah kelompok, perlahan-lahan akan terbentuk norma, yaitu norma kelompok

III.4.       PROSES PEMBENTUKAN KELOMPOK DAN ORGANISASI SOSIAL
Pada dasarnya, pembentukan kelompok dan organisasi sosial dapat diawali dengan adanya persepsi, perasaan atau motivasi, dan tujuan yang sama dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam proses selanjutnya didasarkan adanya hal-hal berikut:
Proses pembentukan kelompok/organisasi

1.      Persepsi: Pembagian kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan intelegensi yang dilihat dari pencapaian akademis. Misalnya terdapat satu atau lebih punya kemampuan intelektual, atau yang lain memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik. Dengan demikian diharapkan anggota yang memiliki kelebihan tertentu bisa menginduksi anggota lainnya.
2.      Motivasi: Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok. Perbedaan kemampuan yang ada pada setiap kelompok juga akan memicu kompetisi internal secara sehat. Dengan demikian dapat memicu anggota lain melalui transfer ilmu pengetahuan agar bisa memotivasi diri unuk maju.
3.      Tujuan: Terbentuknya kelompok karena memiliki tujuan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu.
4.      Organisasi: Pengorganisasian dilakukan untuk mempermudah koordinasi dan proses kegiatan kelompok. Dengan demikian masalah kelompok dapat diselesaikan secara lebih efesien dan efektif.
5.      Independensi: Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok. Kebebasan disini merupakan kebebasan setiap anggota untuk menyampaikan ide, pendapat, serta ekspresi selama kegiatan. Namun demikian kebebasan tetap berada dalam tata aturan yang disepakati kelompok.
6.      Interaksi: Interaksi merupakan syarat utama dalam dinamika kelompok, karena dengan interaksi akan ada proses transfer ilmu dapat berjalan secara horizontal yang didasarkan atas kebutuhan akan informasi tentang pengetahuan tersebut.
Organisasi tersebut terbagi atas 3 bentuk, yaitu :
1.        Organisasi normative
2.        Organisasi utilitarian
3.        Organisasi koersi

III.5.       PROSES TERBENTUKNYA KELOMPOK DAN INTERAKSI SOSIAL
Terbentuknya suatu kelompok sosial disebabkan oleh adanya interaksi antara manusia, oleh karena itu dalam telaah tentang kelompok sosial sekaligus juga membahas tentang interaksi-interaksi sosial. Dengan sendirinya dibahas pula tentang masalah proses pembetukan suatu kelompok sosial.
Dalam sejarah perkembangan kehidupan manusia terbentuknya suatu kelompok sosial oleh karena adanya dorongan hasrat manusia sebagai makhluk sosial, yaitu:
a.         Hasrat untuk bergabung dengan manusia lain di sekelilingnya;
b.        Hasrat untuk bersama-sama dalam segala realitas tujuan berproduksi;
c.         Hasrat untuk melindungi diri dari persoalan hidup, termasuk ancaman manusia lain dan alam sekitar.
Dengan persyaratan – persyaratan sebagai berikut :
Ø  Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan bagian dari keseluruhan anggota  kelompok yang bersangkutan.
Ø  Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya.
Ø  Terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh seluruh anggota kelompok , sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama .
Ø  Terbentuk secara berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku

Dan selain yang tersebut diatas terbetujnya kelompok juga disebabkan karena terdapat beberapa factor, yaitu :
Ø  Factor situasional kataristik kelompok, dan
Ø  Factor personal kataristik kelompok.

BAB. IV  PENUTUP

IV.1.       KESIMPULAN
Dari makalah diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kelompok adalah suatu kumpulan dari orang-orang yang mengadakan interaksi dengan sesamanya lebih sering daripada mereka mengadakan interaksi yang bersifat perorangan. Intinya bahwa pembentukan kelompok itu terdiri dari:
Ø Pembentukan kelompok diawali dengan adanya persepsi atau perasaan yang sama dalam memnuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi untuk memnuhinya, sehingga itu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjai akan membentuk sebuah kelompok
Ø Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing – msaing anggota (siap menjadi ketua atau anggota)
Ø Pembentukan kelompok dapat menyenangkan anggotanya antara lain : Social comparison-upward, Social esteem dan social learning(social control dan social comparison downward).
Ø Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan konflik. Perpecahan yang terjadi biasanya bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan kelompok dan individual. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi dan tidak tertutp kemungkinan akan mengurangi anggota kelompok karena perbedaan pendapat.
      
IV.2.       SARAN
Dengan adanya tambahan pengetahuan dari makalah tentang mengenai proses-proses kelompok, diharapkan pembaca dapat mengetahui pengertian dari kelompok,dinamika kelompok,kelompok social serta proses pembentukan kelompok. Sehingga di harapkan pembaca dapat mengetahui bagaimana cara berinteraksi dengan sekumpulan orang untuk mencapai tujuan bersama serta mengenal satu sama lainnya.








































0 komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text